Tol Laut: Membangun Konektivitas untuk Indonesia-Sentris
Kita telah lama memunggungi laut, samudera,
selat, dan teluk. Sekarang saatnya kita mengembalikan 'Jalesveva Jayamahe'. Di
laut kita jaya! “
(Pidato Joko Widodo dalam prosesi pelantikan
Presiden RI, Oktober 2014)
Ilustrasi Perdagangan Laut. Sumber: maxmonroe.com |
Sejarah telah
mencatat kerajaan-kerajaan besar di Nusantara memiliki jalur perdagangan laut
yang tersistematis dengan negeri-negeri tetangga. Kerajaan Medang misalnya, sebuah
kerajaan Jawa kuno abad ke-7 Masehi, tercatat pernah melakukan hubungan dagang
dengan dinasti Tang (618 – 906 Masehi)[1]. Bahkan,
saking eratnya hubungan dagang via laut tersebut, terdapat jabatan bernama Juru
Tiongkok, yaitu pejabat yang mengurusi orang-orang Tiongkok di Kerajaan Medang[2]. Sriwijaya
juga pernah memiliki kontrol perdagangan transit internasional di Selat Malaka
dan ekspor dari pedalaman Sumatra serta Semenanjung Malaka. Sementara itu
beberapa kerajaan di Pulau Jawa seperti Majapahit dan Demak memegang kontrol
perdagangan dengan Laut Banda dalam perdagangan rempah-rempah dari Maluku dan
kayu cendana dari Timor[3].
Kejayaan negeri-negeri di Nusantara pada masa lalu, tak lepas kaitannya dengan
kesuksesan mereka membangun dan mengembangkan perekonomian, terutama
perdagangan yang dilakukan melalui jalur laut. Ataupun sebaliknya, beberapa
kerajaan mengalami kemunduran setelah mereka mengalami kemunduran perdagangan,
seperti kemunduran Sriwijaya di abad ke-12 karena berkurangnya pengendalian
jalur perdagangan dan pengawasan pelabuhan akibat beberapa daerah pelabuhan
mulai memisahkan diri dari Sriwijaya[4].
Indonesia sebagai
negara modern yang memiliki budaya dan sejarah kemaritiman yang kental, sudah
sewajarnya paham bahwa wilayah laut merupakan titik kritis dalam membangun
konektivitas ekonomi dan kesatuan bangsa. Dua per tiga dari wilayah Indonesia
adalah lautan lepas, dengan puluhan ribu pulau bertebaran diatasnya. Mode
pengangkutan via laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa, dan,
pemerintah telah menyadari hal tersebut serta berupaya mengoptimalkan potensi
laut melalui program dan kebijakan yang memadai. Tol Laut, begitu nama salah
satu program yang dicanangkan Presiden RI Joko Widodo. Program Tol Laut menjadi
komitmen serius pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan konektivitas
nasional. Dengan adanya Tol Laut, disparitas harga antarwilayah Indonesia bagian
barat dan timur dapat teratasi sehingga diharapkan dapat mempercepat
terwujudnya pemerataan ekonomi[5]. Tol
Laut juga merupakan gagasan besar yang lahir untuk menguatkan fungsi laut
Indonesia sebagai medan penghubung pulau-pulau menuju terwujudnya konsep Indonesia-sentris.
APA ITU TOL LAUT?
Ilustrasi Kapal Tol Laut. Sumber: katadata.co.id |
Dalam bahasa sederhana, Tol Laut adalah upaya penyediaan jaringan angkutan laut secara tetap dan teratur melalui penyelenggaraan pelayanan angkutan laut dengan pola subsidi, dan didukung peningkatan fasilitas kepelabuhanan. Pola jaringan angkutan Tol Laut menghubungkan simpul pelabuhan utama (hub) dan pelabuhan-pelabuhan pengumpannya (feeder)[6]. Tol laut diharapkan mampu menjadi solusi untuk menekan disparitas harga antara wilayah timur dan barat Indonesia, memeratakan pembangunan ekonomi berkeadilan di seluruh wilayah Indonesia, serta peningkatan konektivitas di daerah tertinggal, terpencil, terdepan dan perbatasan (T3P)[7]. Langkah-langkah yang dilakukan Kementerian Perhubungan dalam merealisasikan Tol Laut mencakup pembangunan dan pengembangan sarana angkutan laut dan kepelabuhanan, serta peningkatan keselamatan dan keamanan pelayaran[8]. Penyediaan angkutan meliputi 18 rute[9] dengan kapal berjadwal (freight liner) yang terdiri dari angkutan barang dan angkutan ternak. Sampai dengan September 2019, Kementerian Perhubungan dan instansi terkait telah menyediakan sekitar 25 unit kapal laut untuk pelayanan masyarakat melalui program Tol Laut, yang terdiri dari 6 unit kapal ternak dan kapal 19 unit kapal barang[10].
Sebelum ada Tol Laut,
masyarakat yang tinggal di daerah T3P mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan pokok dan barang penting. Beberapa daerah seperti Natuna, Tarempa,
Kepulauan Riau, dan Nunukan bahkan harus memenuhi sebagian kebutuhan pokoknya
dari negara tetangga, Malaysia. Demikian pula bagi warga di Moa dan Kisar, Kepulauan
Tanimbar, mengakui bahwa sebagian kebutuhan mereka dipasok dari Timor Leste[11]. Pertumbuhan
ekonomi yang terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan transportasi laut di
Indonesia tidak efisien dan mahal sehingga pasokan kebutuhan masyarakat ke
wilayah timur dan T3P menjadi tidak business
feasible. Belum lagi masalah kurang berkembangnya perekonomian di wilayah
T3P dan wilayah timur Indonesia, menyebabkan tidak adanya muatan balik dari
wilayah-wilayah tersebut saat kapal-kapal dagang singgah disana.
MANFAAT TOL LAUT
Ilustrasi Tol Laut. Sumber: sinarharapan.net |
Dengan adanya Tol Laut
yang mulai diresmikan tanggal 1 Oktober 2015 oleh Presiden[12],
diharapkan kebutuhan masyarakat wilayah timur dan T3P dapat lebih terjamin
dengan ditekannya disparitas harga. Tol Laut juga diharapkan mampu mendorong
iklim usaha dan perdagangan di wilayah timur dan T3P untuk lebih berkembang
sehingga stabilitas nasional dapat terwujud. Dan setelah 4 tahun program
diresmikan, serta didukung dengan kerja keras dari Kementerian Perhubungan dan
berbagai instansi terkait, harapan ini mulai membuahkan hasil yang positif. Keberadaan
Tol Laut mulai berdampak secara langsung terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Data menunjukkan, selama tahun 2015 – 2017, harga-harga barang
mulai dari pangan hingga semen di wilayah pinggiran dapat ditekan turun mencapai
20% – 30%[13]. Badan
Pusat Statistik mencatat terdapat peningkatan volume barang yang diangkut
menggunakan kapal laut selama bulan Januari-Februari 2016 sebesar 9,01 persen
dibanding periode yang sama tahun 2015. Sebelum ada program Tol Laut, kenaikan
volume barang yang diangkut dengan kapal laut pada periode yang sama hanya 0,5
persen[14].
Tol Laut secara total diestimasikan berdampak langsung kepada ekonomi sebesar
Rp 2,5-3 triliun[15].
Kemudian,
dampak yang terasa langsung bagi masyarakat adalah harga-harga kebutuhan di
daerah timur dan T3P mengalami penurunan signifikan. Harga semen di Nusa
Tenggara Timur (NTT) mengalami penurunan antara 20 sampai 50%[16] dan di wilayah
Wamena, Papua turun berkisar 35%. Di daerah Wasior, Papua harga beras turun 4
%, semen 8 %, besi 10 % dan seng 9 %. Di Larantuka, penurunan harga kebutuhan
pokok berkisar antara 5% hingga 15%, dan di Rote berkisar antara 6% Hingga 13%[17].
Untuk semua daerah yang dilewati Tol Laut tahun 2016 saja, nilai indeks harga mengalami
penurunan untuk minyak goreng rata-rata 4,652% dan daging sapi rata-rata 4,85%[18]. Keberadaan
Tol Laut terbukti mampu memberikan manfaat nyata kepada masyarakat berupa
penurunan harga di daerah timur dan T3P.
Ilustrasi Komoditas. Sumber: w3cargo.com |
Selain itu, dari sisi
produsen, keberadaan Tol Laut mampu meningkatkan efisiensi pengelolaan logistik,
yang berdampak pada turunnya biaya. Hal ini dibuktikan dengan membaiknya Logistic Performance Index (LPI)
Indonesia, dimana pada tahun 2014 sebelum program Tol Laut diberlakukan,
Indonesia hanya mampu menduduki peringkat 53 dari 160 negara dengan skor LPI
3,08. Kemudian di tahun 2018 peringkat LPI Indonesia mampu membaik menjadi 46
dari 160 negara dengan skor LPI 3,15 [19]. Biaya
transportasi kapal dengan program Tol Laut juga lebih murah jika dibandingkan
dengan kapal umum, dimana pengelola kapal mampu menghemat biaya transportasi sekitar
30%[20]. Untuk
para pedagang ternak, dengan adanya kapal ternak pada program Tol Laut, yang
dilengkapi dengan dokter hewan dan pengurus ternak selama pelayaran, kesehatan
hewan ternak sangat terjaga dan dapat mengurangi susut bobot sapi hidup dari
22% menjadi hanya 5% saja[21].
Secara total, program Tol Laut dalam kondisi optimal mampu menurunkan biaya
produksi hingga 50%, sehingga memberikan dampak yang signifikan bagi pengusaha
dan masyarakat[22].
Manfaat lain dari
keberadaan Tol Laut adalah meningkatnya aktivitas perdagangan ke luar dari
wilayah timur dan T3P. Aktivitas ekonomi lokal NTT mulai menggeliat dengan
terjaminnya jalur transportasi untuk membawa produk khas disana seperti ikan
basah ke Surabaya[23].
Tol laut juga mampu mempersingkat pengiriman barang, misalnya dari Jakarta ke
Papua yang sebelumnya menghabiskan jangka waktu seminggu, mampu dipersingkat
menjadi hanya 3 hari saja[24].
Beberapa komoditas lokal dari daerah T3P yang tadinya kurang diminati, menjadi
naik dan mampu menyokong perekonomian warga. Seorang pedagang dari Anambas menuturkan
bahwa sebelum adanya Tol Laut, ikan gurita disana kurang diminati dan hanya
dihargai Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per kg. Setelah ada Tol Laut, gurita lokal
dapat dipasarkan ke Jakarta dan harganya naik menjadi Rp40 ribu hingga Rp55
ribu per kg. Para nelayan pun makin bergairah melaut sejak adanya Tol Laut dari
Tanjung Priok ke Natuna[25].
Tak berhenti disana, untuk
memenuhi stok barang dan menjaga stabilitas harga, Kementerian Perhubungan dan
Kementerian BUMN bersinergi dengan menugaskan BUMN transportasi laut, BUMN
penyelenggara pelabuhan, dan BUMN penyedia pangan untuk membangun program “Rumah
Kita” di daerah T3P. Keberadaan “Rumah Kita” dengan tampilan modern sebagai
pusat perdagangan dan distribusi logistik ke wilayah lanjutan di daerah tujuan
Tol Laut, telah menjadi pelopor modernisasi perdagangan. Pengelolaan “Rumah
Kita” yang bekerjasama dengan BUMD, BUMDes, Koperasi dan para pengusaha daerah
juga menjadi acuan harga di daerah T3P[26].
Tak pelak, inisiatif pemerintah untuk melayani kebutuhan masyarakat (Public Service Obligation - PSO) bagian timur
Indonesia dan daerah T3P melalui penyediaan barang kebutuhan pokok, barang
industri dan strategis lainnya dengan program Tol Laut, mampu meningkatkan kesejahteraan
dan pertumbuhan ekonomi daerah demi terwujudnya stabilitas nasional yang optimal
dan dinamis[27].
TANTANGAN KE DEPAN
Ilustrasi Tantangan. Sumber: thankgoditsmondayblog.wordpress.com |
Setelah manfaat dari Tol
Laut mulai dirasakan masyarakat terdampak, kita tentu belum boleh berpangku
tangan dan menyatakan pekerjaan rumah telah selesai. Masih ada beberapa tantangan
dalam pelaksanaan pengangkutan Tol Laut yang perlu diselesaikan oleh Pemerintah.
Misanya saja terkait masih relatif minimnya muatan balik dari daerah timur. Walaupun
sudah mulai berkembang, namun kondisi perekonomian di wilayah-wilayah pinggiran
masih belum semapan wilayah barat maupun pulau Jawa. Solusinya adalah
pemerintah perlu mendorong pertumbuhan usaha di daerah timur itu sendiri agar
setidaknya mampu memproduksi barang yang dapat diangkut oleh angkutan Tol Laut
dijual di wilayah lain, sehingga ada arus masuk ekonomi mengalir ke wilayah
pinggiran. Untuk itu pembangunan infrastruktur besar-besaran di wilayah
Indonesia bagian timur[28]
menjadi suatu kewajiban, agar muncul industri dan perusahaan-perusahaan dagang
yang siap mensuplai produk untuk dijual di wilayah lainnya yang potensial untuk
dijadikan pangsa pasar.
Kemudian juga, adanya tantangan
terkait distribusi dan pengangkutan produk dari dan ke kapal angkut. Solusi
yang dapat dan sedang ditempuh pemerintah adalah dengan menyiapkan teknologi
informasi yang mapan dalam mendukung proses pengangkutan laut untuk mewujudkan
penyelenggaraan angkutan laut yang efektif dan transparan. Misalnya, adanya Dashboard digital yang dikembangkan
untuk menawarkan produk ke beberapa titik dimana para pedagang kecil dan
konsumen bisa langsung membeli dan memasarkan produknya sendiri, sehingga masyarakat
langsung memperoleh manfaat harga yang murah dan distribusi barang dapat
dipotong sehingga mempersingkat rantai bisnis[29].
Pemerintah harus mendorong program Tol Laut bukan hanya sebatas upaya pengangkutan
produk port to port, tapi sampai end to end customer, sehingga diharapkan
masyarakat di daerah yang dilewati Tol Laut benar-benar merasakan manfaat
ekonomi berupa harga produk yang terjangkau.
Tantangan lain yakni
sulitnya pengawasan penyelenggaraan kegiatan PSO angkutan Tol Laut dan
lambatnya penyerapan anggaran subsidi PSO untuk program Tol Laut. Hal ini
dikarenakan besarnya jumlah kapal PSO yang harus dimonitor dan disupervisi, sementara
kapal tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Solusi yang saat ini akan ditempuh
oleh Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan antara lain dengan melimpahkan
kewenangan (delegation of authority)
termasuk di dalamnya pelimpahan kewenangan anggaran kepada Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di daerah mulai 2020 untuk memonitor kapal-kapal Tol Laut sebagai
jalan keluar atas penyerapan subsidi yang kerap lamban, di samping memantik
keterlibatan aktif para UPT daerah dalam program pemerintah ini.[30]
Dan, tantangan terakhir
yakni terkait operator kapal yang tidak kompeten dan tidak menyediakan kapal
dengan performa yang baik. Juga adanya fakta beberapa keterlambatan jadwal
kedatangan kapal Tol Laut di beberapa daerah karena sarana dan prasarana yang rusak.
Solusinya, Menteri Perhubungan telah menginstruksikan pejabat terkait untuk
mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi pengelolaan kapal oleh para
operator di lapangan. Jika perlu, operator yang diketahui tidak kompeten akan
diganti[31]. Solusi
ini merupakan solusi tercepat dan paling efektif untuk menjamin pelayanan
publik secara optimal dari pelaksanaan program Tol Laut.
KESIMPULAN
Tol
laut secara umum bertujuan untuk mengembangkan ekonomi maritime, dan menjadikan
laut sebagai basis konektivitas produksi dan pemasaran antar daerah/pulau di
Indonesia[32]. Upaya
pemerintah mengoperasikan tol laut selama 4 tahun belakangan ini telah berhasil
membuka ruang konektivitas pulau-pulau terisolasi di Indonesia. Implementasi
proyek yang termaktub dalam Nawacita Presiden RI telah berdampak positif pada
pemerataan distribusi barang ke pulau-pulau kecil di wilayah batas Tanah Air.
Menurunnya disparitas harga dan biaya logistik, meningkatnya
aktivitas ekonomi dan perdagangan di wilayah timur dan T3P, serta tersedianya
barang kebutuhan bagi masyarakat secara merata merupakan cita-cita yang
berhasil diwujudkan melalui keberadaan Tol Laut. Semakin meningkatnya jumlah
rute dan kapal yang beroperasi juga menunjukan bahwa Tol Laut semakin
dibutuhkan dan mampu memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Keberadaan
tol laut mampu membantu distribusi dan transportasi barang, sekaligus nantinya
mendorong pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development)[33] demi
bangsa Indonesia yang adil dan makmur.
Jalesveva
Jayamahe! Di laut kita pernah jaya, dan akan kembali berjaya!
“Control of the sea by maritime commerce and
naval supremacy means predominant influence in the world ... (and) is the chief
among the merely material elements in the power and prosperity of nations.”
-- Alfred Thayer Mahan
Kunjungi media sosial dan situs Kementerian Perhubungan RI untuk informasi terbaru terkait proyek dan pencapaian tol laut serta sarana perhubungan lainnya.
Instagram : @kemenhub151
Twitter : @kemenhub151
Facebook : Kementerian Perhubungan RI
Website : dephub.go.id
Referensi
[1] Groeneveldt,
W. P. (1960). Historical Notes on Indonesia and Malaya, Compiled from Chinese
Sources
[2] Denys.,
Lombard, (2000). Nusa Jawa : Silang Budaya : Kajian Sejarah Terpadu. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
[3] Christie,
Jan Wisseman 1993. “Trade and Value in Pre-Majapahit Java”, Indonesia Circle No
59 & 60.
[4] Djoened.,
Poesponegoro, Marwati (2008). Sejarah nasional Indonesia. Balai Pustaka.
[5]
Kementerian Perhubungan. 2016. Merangkai Menyatukan Indonesia. Diunduh dari: http://www.dephub.go.id/public/files/uploads/posts/posts/postbody/buku-kemenhub-sepertiga-nawacita-oke.pdf
[6] Kementerian
Perhubungan. 2016. Merangkai Menyatukan Indonesia. Diunduh dari: http://www.dephub.go.id/public/files/uploads/posts/posts/postbody/buku-kemenhub-sepertiga-nawacita-oke.pdf
[7] https://setkab.go.id/tol-laut-solusi-kesejahteraan-rakyat/
[8]
Kementerian Perhubungan. 2016. Merangkai Menyatukan Indonesia. Diunduh dari: http://www.dephub.go.id/public/files/uploads/posts/posts/postbody/buku-kemenhub-sepertiga-nawacita-oke.pdf
[9] Keputusan
Dirjen Perhubungan Laut No UM 002/109/2/DJPL-18 tertanggal 14 Desember 2018
[10] https://ekonomi.bisnis.com/read/20190909/98/1146163/serapan-subsidi-tol-laut-rendah-ini-alasan-kementerian-perhubungan
[11] https://indoshippinggazette.com/2019/tol-laut-dan-kekuatan-ekonomi-indonesia/
[12] Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Di Laut
[13] https://www.suaraekonomi.com/dampak-tol-laut-terhadap-perekonomian-indonesia/
[14]
Kementerian Perhubungan. 2016. Merangkai Menyatukan Indonesia. Diunduh dari: http://www.dephub.go.id/public/files/uploads/posts/posts/postbody/buku-kemenhub-sepertiga-nawacita-oke.pdf
[15] https://bisnis.tempo.co/read/1254954/tol-laut-jokowi-ternyata-belum-mendongkrak-ekonomi-lokal
[16] https://ekbis.sindonews.com/read/1242119/34/dampak-tol-laut-mulai-terasa-harga-dan-biaya-produksi-makin-murah-1506085217
[17] https://setkab.go.id/tol-laut-solusi-kesejahteraan-rakyat/
[18] Vitasari,
L. N. (2017). Analisis Evaluasi Implementasi Kebijakan Tol Laut (Doctoral
dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
[19] Data dari World Bank, diakses dari
http://lpi.worldbank.org
[20] https://ekbis.sindonews.com/read/1242119/34/dampak-tol-laut-mulai-terasa-harga-dan-biaya-produksi-makin-murah-1506085217
[21] https://indoshippinggazette.com/2019/tol-laut-dan-kekuatan-ekonomi-indonesia/
[22] https://ekbis.sindonews.com/read/1242119/34/dampak-tol-laut-mulai-terasa-harga-dan-biaya-produksi-makin-murah-1506085217
[23] https://setkab.go.id/tol-laut-solusi-kesejahteraan-rakyat/
[24] https://www.suaraekonomi.com/dampak-tol-laut-terhadap-perekonomian-indonesia/
[25] https://indoshippinggazette.com/2019/tol-laut-dan-kekuatan-ekonomi-indonesia/
[26] https://indoshippinggazette.com/2019/tol-laut-dan-kekuatan-ekonomi-indonesia/
[27] https://setkab.go.id/program-tol-laut-presiden-telah-dijalankan-disparitas-harga-dihilangkan/
[28] https://www.jawapos.com/ekonomi/bisnis/09/12/2018/4-tahun-program-tol-laut-berjalan-seberapa-efektif-bagi-pengusaha/
[29] https://www.liputan6.com/bisnis/read/3887771/strategi-kemenhub-optimalkan-keberadaan-tol-laut
[30] https://ekonomi.bisnis.com/read/20190909/98/1146163/serapan-subsidi-tol-laut-rendah-ini-alasan-kementerian-perhubungan
[31] https://ekonomi.bisnis.com/read/20190703/98/1119770/bermasalah-di-3-aspek-ini-program-tol-laut-akan-dievaluasi
[32] Santoso,
B., & Umar, H. (2018). CATATAN TENTANG TOL LAUT JOKOWI. Ilmu dan Budaya,
41(60).
[33] Kadarisman,
M., Yuliantini, Y., & Majid, S. A. (2016). Formulasi kebijakan sistem
transportasi laut. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 3(2), 161-183
Komentar