Doni Kecil dan Hutan Lembah




"Doni, ayo nak !! Kita pulang ke rumah, sudah jam 6, Ibu khawatir akan bahaya di jalan nanti...", sahut seorang wanita muda kepada seorang anak kecil yang bersepeda di taman desa sore itu. Si anak kecil yang ternyata bernama Doni ini masih asyik mengayuh sepeda roda tiganya, menjelajahi taman, sembari tertawa riang. Sang ibu nampaknya memang welas asih, ia hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya dari bangku taman. Sampai akhirnya, entah karena terlalu lelah atau apa, ia tertidur pulas, meninggalkan penjagaan terhadap anak yang masih imut itu kepada diriku, angin yang hanya kebetulan saja berlalu...

Si Doni kecil masih menggenjot pedal plastik sepedanya, menyusuri jalan-jalan taman, yang akhirnya membawanya kepada  jalan setapak yang aneh, sebuah jalan tanah menuju hutan lembah. Rasa penasaran anak-anak ingusan memang jauh lebih besar dari pertimbangan rasional orang-orang dewasa. Dilihatnya sang ibu tertidur jauh di belakang, rasanya tak ada salah jika ia membawa sepedanya memasuki hutan yang misterius itu....

Dikayuhnya sepeda merah kesukaannya itu, menyusuri jalan setapak yang seakan menjadi miliknya seorang diri. Dilihatnya kiri dan kanan jalan. Puluhan pohon beringin berjejer memagari jalan setapak milik Doni kecil. Ia tak mengerti, mengapa pohon-pohon itu, pohon-pohon yang besar-besar itu seakan-akan berkumpul dan melindungi si jalan kecil ?? Mengapa seakan-akan mereka tunduk patuh kepadanya ?? Rasa penasarannya semakin tak menjadi...

***



Jauh dan semakin jauh ia menelusuri,, sampai akhirnya ia benar-benar berada di tengah hutan. Ia tersesat, dan instingnya sebagai seorang manusia yang lemah menyadarkannya. Ia menangis, ditengoknya jalan dibelakang yang baru ditelusurinya. Gelap, tak terlihat apa-apa. Hanya suara hewan-hewan hutan yang terdengar menyeramkan bagi anak umur 5 tahun yang tak tahu cara melindungi dirinya. Ia tak mungkin kembali menyusuri jalan yang tadi, karena entah kenapa, jalan itu seakan-akan menghilang tertutupi rerumputan hutan yang tebal. Tak ada pilihan lain, ia terus menggenjot sepeda kecilnya, berharap di ujung sana ada seberkas cahaya yang menyelamatkannya dari kejahatan sang hutan...

Waktu terus berjalan. 5 menit, 10 menit, 30 menit, tak henti ia mengayuh. Kaki kecilnya sudah lelah. Ia berhenti. Ia menyerah. Tak ada jalan keluar. Habislah sudah. Ia akan mati. Jika tidak karena dimakan hewan buas atau mati kelaparan, maka ia akan mati ketakutan di tempat menyeramkan itu. Namun, ditengah keputus asaan tubuh mungil itu, seberkas cahaya turun dari langit, indah tak terlukiskan. Cahaya bulat itu berputar-putar di atas kepalanya, seakan berbicara kepada Doni untuk mengikutinya. Sesaat kemudian ia terbang perlahan. Doni kecil takjub, namun ia segera sadar, cahaya itu tentu adalah pertolongan dari Tuhan untuknya, untuk keluar dari hutan gila ini. Segera ia kumpulkan sisa-sisa tenaga di kakinya, mengejar sang cahaya...

Benar saja, diujung sana terlihat, ya terlihat, tanah lapang tak berpohon. "Mungkinkah itu taman desa ?? Ibuuuu..." ia berteriak, menangis kegirangan. Namun, di ujung sana bukanlah taman desa, di ujung sana juga tak ada ibunya yang menunggu... Di ujung sana...


***

"Siapa kau, anak kecil !! Kenapa engkau kesini !" menggelegar marah suara itu. Doni ketakutan, menggigil tak karuan. Suara itu berasal dari sebuah pohon raksasa, pohon terbesar yang pernah dilihatnya seumur hidup.

"Kkkk...kkk..Kamu kah yang berbicara denganku, wahai pohon raksasa ??" tanyanya

"Iya, aku adalah raja hutan ini. Aku menguasai setiap jengkal tanah dan rumput di lembah. Hutan ini adalah milikku dan engkau telah memasukinya tanpa seizinku..." tegas sang raja pohon berbicara...

"aa..anu, aku tersesat di hutan ini,, aku tidak tahu jalan pulang ke ibu,, bisakah paman pohon menunjukkan jalan keluarnya ?? Maaf, aku tidak berniat mengganggu hutan paman..." pintanya sembari menangis ketakutan...

"Hai anak kecil, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, jika seandainya aku menunjukkan kepadamu jalan keluar, apakah engkau mau membawa biji ini dan menanamnya di desa ?? Biji ini adalah anakku satu-satunya, aku ingin ia hidup bebas, tidak di hutan ini, melainkan di luar sana..."

"Ehmm... baiklah kalau itu permintaan paman. Aku akan menanamnya, tapi sebelumnya, antarkan aku keluar hutan sampai aku menemui ibuku..." jawab si Doni dengan jawaban yang cerdas untuk ukuran anak-anak

"Baik, aku akan kirimkan utusanku, untuk mengantarmu ke jalan setapak tempat engkau masuk..."

Seketika itu muncullah cahaya bulat tadi, berputar-putar dan terbang melayang. Doni kecil segera mengikutinya, sembari membawa biji dari sang raja pohon, sampai akhirnya ia keluar, bertemu dengan ibunya yang menangis sesenggukan dan beberapa penduduk desa yang berkumpul di taman. Rupanya ibunya telah memanggil para penduduk dan melakukan pencarian di dalam hutan....

Semuanya berakhir bahagia...


***

20 tahun berlalu sejak kejadian itu, sekarang Doni adalah seorang pemuda yang gagah. Ia sudah memiliki seorang istri dan seorang anak lelaki yang masih kecil, seumuran dirinya kala tersesat di hutan lembah. 20 tahun berlalu pula dan ia telah melupakan janjinya, tak pernah ia tanam biji sang raja pohon. Sampai akhirnya, pada suatu hari, anaknya menghilang....

Seluruh upaya telah dikerahkan untuk mencari sang anak. Nihil. Tak ditemukan. Hanya ditemukan jejak-jejak sang anak, seperti potongan pakaian yang terakhir dipakai. Semua petunjuk yang dikumpulkan seakan mengarah ke hutan lembah itu. Dirinya tersadar, mungkinkah ia tersesat di hutan, seperti dirinya dulu?? Ia lalu pergi menyusuri hutan lembah, sendiri, hingga akhirnya bertemu kembali dengan raja pohon...

"Paman pohon, maafkan aku, aku tidak bermaksud mengganggu hutanmu lagi, namun apakah engkau melihat anakku tersesat di hutan ini?? " tanya Doni

"Ingatkah engkau akan janjimu, wahai anak kecil ??" pohon itu masih bersuara sama seperti dulu

"Janji ??" tanya Doni

"Engkau berjanji padaku, untuk menanam anakku satu-satunya anakku di tengah desa,, namun engkau tidak melaksanakannya kan ??" marah sang raja pohon

"Ah, aku baru ingat, maafkan aku paman, aku akan segera menanamnya setelah kembali nanti, dengan syarat engkau memberi tahu aku dimana anakku sekarang.."

"Baik, aku akan tunjukkan dimana anakmu.", ranting sang raja bergerak dan seakan menunjuk sebuah gundukan tanah. Sang raja telah menanam anak Doni di tengah hutan lembah....


***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kurapika?

Teruntuk Bunga Mawarku..

Opor Ayam a la Bang Jamik