Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Hafidz Qur'an




Didapati bunyi bising yang mengganggu tidurnya. Bunyi itu ternyata berasal dari sebuah benda, sebuah kotak hitam yang sekarang bergetar hebat diguncang energi dahsyat, berkelap-kelip layarnya... "Hooaahmmm...Jam berapa nih ??" gumamnya sembari menguap.


04.30


"Cck, kesiangan lagi rupanya..."

***

Pagi ini adalah pagi yang lunglai. Rapat bidang dana usaha sebuah event besar kampus, jam setengah 7 pagi. Kuliah Pajak Internasional dan Pemeriksaan Pajak, jam 7 hingga sore. Mengajar, dari sore hingga malam. Tedengar melelahkan. Pria itu mulai menghitung-hitung waktu senggang yang bisa ia dapatkan. Miris, hanya 2 jam waktu tersisa...



"Apa yang harus aku lakukan, akhi ?? Bisakah antum membantu ??", seakan ia bertanya kepada teman-temannya sesama aktivis kampus. Namun, ia hanya berdialog dengan rasa gundah dirinya, tidak lebih...

Ya kawan, pria itu, dia adalah seorang mahasiswa biasa. Pemuda dengan semangat menggejolak seperti diriku dan dirimu. Hampir tak ada yang spesial dari dirinya. Perawakan tubuh yang biasa saja, langkahnya yang pelan persis seperti abdi dalem Keraton Surakarta, dan IP nya, IP dua koma itu menjadi cerminan kemampuan otaknya. Namun kawan, berbeda dengan dirimu, ia tidak pernah menyerah dengan keadaan. Terus mengejar setumpuk mimpi yang menjulang setinggi langit, memanjang sejauh cakrawala. Segenggam sikap yang membuat teman-temannya kagum....


***

"Iya akhi, antum libur aja dulu ngajarnya,izin, supaya waktu antum lebih longgar hari ini..." jawab seorang teman, mengawali hari mendungnya di luar sana. Sungguh, sebenarnya ia tidak pernah berpikir akan hal ini. Ia adalah pemuda dengan kedisplinan dan etos kerja yang tiada dua. Tak pernah ia bolos kuliah, rapat-rapat organisasi itu selalu dihadirinya, dan daftar hadir pengajar tak pernah kosong dalam kolom namanya.... Tapi kali ini, kali ini ia sudah letih. Kedua mata itu sudah berkantung berat. Sendi-sendinya terasa begitu nyeri karena kurang tidur. Ia capek, capek menulisi papan-papan tulis itu dengan rumus-rumus. Ia capek menjalankan roda-roda penggerak organisasi kampus. Ia ingin berhenti, setidaknya sejenak saja, memfokuskan dirinya untuk sebuah cita-cita terbesarnya. Cita-cita mulia, untuk memuliakan yang mulia, menjadi orang yang mulia di sisi-Nya. Ia ingin,, ia ingin sekali sedari kecil dulu,, menjadi seorang hafidz Qur'an....

***

"Bisakah aku ??" tanyanya...


"Organisasi-organisasi itu membutuhkanku, anak-anak itu begitu senang aku ajari matematika, bagaimana mungkin aku mencampakkan semuanya begitu saja ??, nurani kecil itu berteriak pilu...


"2 jam insya Allah cukup, akhi...", nalarnya menyemangati...


"Mengapa engkau masih takut,,??" relung hati heran...


"Ahh... gak bakal bisa !! Serius ! Kamu itu sibuk banget lo... fokus aja dulu sama kegiatan kamu... Menghafal Qur'an itu bisalah nanti sambil kerja. Menghafal Qur'an gampang kan ??" rupanya sekumpulan setan tengik datang, menggoda...


"...."


Ia tak tahu harus berbuat apa. Ia menangis, sesenggukan, bimbang... Tak berapa lama, ia pergi mengambil wudhu, berusaha menyejukkan jiwa dengan membasuh wajah dan tangannya. Coba diambil mushaf kecil di atas rak buku. Setidaknya di waktu yang sempit ini mungkin ia bisa tilawah barang 1 atau 2 lembar. Dibukanya mushaf itu, pelan, lemas dan gemetar... Sesaat matanya sayu..

"Mungkinkah ?? Apa ini ... ??"


"Inikah jawabanmu, Ya Rabb ??", senyumnya kembali merekah, takjub, kesedihan itu berubah seketika menjadi rasa bahagia yang tak terkira. Begitu bahagianya sampai ia kemudian berlari pergi, meninggalkan mushaf kecilnya yang masih terbuka di halaman 404. Halaman perbatasan surat Al-Ankabuut dengan Ar-Ruum....


***

"Yap, selamat akhi !! Setoran antum barusan, mengesahkan status antum saat ini. Antum telah menjaga 30 juz itu dalam hati dan jiwa antum... Antum sekarang resmi menjadi seorang Hafidz Qur'an...",

"Alhamdulillah.... Syukron atas bimbingannya selama ini ustadz..", rasa syukur itu diiringi dengan sebuah sujud. 6 bulan telah berlalu sejak kejadian mushaf itu. Allah telah melapangkan dadanya dalam perjuangan ini. Ya kawan, pria itu, dia adalah seorang mahasiswa biasa. Pemuda dengan semangat menggejolak seperti diriku dan dirimu. Hampir tak ada yang spesial dari dirinya. Perawakan tubuh yang biasa saja, langkahnya yang pelan persis seperti abdi dalem Keraton Surakarta, dan IP nya, IP dua koma itu menjadi cerminan kemampuan otaknya. Namun kawan, berbeda dengan dirimu, ia tidak pernah menyerah dengan keadaan. Terus mengejar setumpuk mimpi yang menjulang setinggi langit, memanjang sejauh cakrawala....


***

"Ya Rabb... Saksikanlah bahwa hamba adalah hafidz Qur'an...." tangannya menengadah langit



" Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."

Komentar

Unknown mengatakan…
Subhanalloh..

Postingan populer dari blog ini

Kurapika?

Teruntuk Bunga Mawarku..

Opor Ayam a la Bang Jamik